Asal-usul Festival Perahu Naga
Asal-usul Festival Perahu Naga
Anda mungkin pernah mendengar tentang festival menarik yang menampilkan perlombaan perahu dayung yang intens, yakni "perahu naga" yang berwarna-warni cerah. Festival itu diadakan pada hari ke 5 bulan ke 5 penanggalan Imlek. Tahun ini, tanggal itu jatuh pada 25 Juni.
Jadi, apa arti penting dari naga dan perlombaan perahu di festival ini, yang sudah dimulai sejak sekitar 2.300 tahun yang lalu?
Menteri yang Setia
Tak terpuaskan dalam nafsu dan keserakahan,
Tiap kubu berusaha, dan tidak lelah karena bertindak berlebihan.
Diri mereka memaafkan, yang lain mengutuk,
Mereka mencurahkan hati mereka dalam kecemburuan.
Bait di atas adalah dari puisi Qu Yuan, "Ratapan" (離騷), di mana dia menceritakan kisah pengasingannya. Dia melanjutkan:
Integritas sejati saya difitnah ;
Mendengar fitnah, amarahnya tinggi.
Raja membuang Qu Yuan ke daerah pedesaan di selatan Sungai Yangtze, tempat menteri setia itu menghabiskan hari-harinya dengan menulis puisi, dan melihat bayangannya sendiri dengan putus asa.
Puisinya mencerminkan kesetiaannya yang bertahan lama kepada raja, meskipun telah dikhianati.
Meski begitu saya masih bertahan; Tuanku saya tidak akan kandas.Ruang surga saksi saya berada di tempat tinggi.
Dengan raja kehilangan menteri yang setia dan cakap, negara bagian Chu segera dikalahkan oleh Qin. Setelah mendengar berita itu, menteri yang diasingkan tersebut merasa sangat sedih.
Bagi saya, kepergian tidak dapat menimbulkan rasa sakit;
Saya berduka melihat cita-cita Baginda pupus.
Didorong rasa putus asa, Qu Yuan menenggelamkan dirinya di Sungai Miluo. Ketika penduduk setempat mengetahui bahwa dia telah menenggelamkan dirinya sendiri, mereka bergegas keluar dengan perahu kayu, memukul genderang dan memukul air dengan dayung mereka untuk menakut-nakuti roh jahat serta ikan-ikan, dalam misi pencarian dan penyelamatan yang putus asa.
Karena tidak dapat menemukan mantan Menteri itu, mereka melemparkan bola ketan ke dalam air. Salah satu alasannya adalah untuk memberi makan roh Qu Yuan yang kelaparan. Dalam pemikiran tradisional Tiongkok, seseorang yang mati karena bunuh diri akan menjadi hantu kelaparan, menderita kelaparan dan kehausan sampai umur aslinya yang ditentukan di Bumi habis. Alasan lain dari menaburkan beras ketan di air adalah untuk membujuk ikan-ikan di sana, untuk memakannya daripada memakan tubuh Qu Yuan.
Seperti yang dikatakan dalam legenda, suatu malam, Qu Yuan muncul dalam mimpi seorang nelayan. Dia memberi tahu nelayan itu bahwa dia tidak bisa makan nasi ketan yang dimaksudkan untuknya, karena seekor naga terus memakan semuanya. Sang menteri meminta nelayan itu untuk membungkus nasi ketan tersebut di daun wormwood, dalam bentuk piramida, dan diikat dengan lima tali warna-warni. Hanya dengan begitu naga itu bisa dihalau, dan Qu Yuan akhirnya bisa makan.
Ini adalah kisah di balik perlombaan perahu, serta inspirasi untuk zongzi, nasi ketan yang lezat, yang dimakan selama festival Perahu Naga.
Namun tetap saja, itu hanya satu cerita. Sebagian besar setuju pada cerita awal yang menyebutkan kalau Qu Yuan melompat ke sungai, namun bagian cerita setelahnya, ada orang-orang yang meragukan. Sekarang kita beralih ke sang naga.
Sambut Sang Naga
Kisah asal lain, terkait dengan pemujaan naga, yang dulunya merupakan kebiasaan pada masa itu.
Sebagai pembawa hujan dan musim yang merusak, Raja Naga adalah jenis dewa yang Anda tidak ingin membuatnya marah, karena tanaman, mata pencaharian, dan keselamatan Anda akan dipertaruhkan.
Untuk menenangkan Raja Naga, orang akan berlomba dengan perahu naga di Sungai Yangtze. Sebelum berangkat, mereka akan mengadakan upacara dan memberikan persembahan kepada Raja Naga. Kemudian, mereka akan saling berlomba di perahu dayung yang dihiasi oleh bentuk naga.
Ini mungkin mengapa perahu naga saat ini dirancang sebagaimana adanya — dihiasi dengan kepala naga bermata terbuka, bermata melotot di bagian depan, dan ekor naga bersisik di bagian belakang.
Balapan Perahu Naga
Mungkin sulit dipercaya, tetapi Festival Perahu Naga sebenarnya dilarang selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976) karena kampanye pemusnahan budaya tradisional oleh Mao Zedong. Untungnya, beberapa saat setelah Mao memulai kampanyenya, festival yang sangat dicintai itu dipulihkan dan belum pernah dibatalkan sejak pembatalan di tahun 2020 (akibat situasi virus PKT [COVID-19]).
Panjang kapal bervariasi dan biasanya menampung hingga 20 pendayung. Setiap perahu memiliki pemukul genderang, yang memainkan peran kesatuan sebagai "detak jantung naga." Irama pukulan genderang menyinkronkan laju pukulan dayung. Dengan kerja sama yang baik, masing-masing tim dengan gigih menuju garis finish dalam perlombaan yang penuh semangat.
Balap perahu naga juga bisa menjadi latihan untuk membangun tim yang menyenangkan bagi para rekan bisnis dan mahasiswa. Dalam perlombaan yang diadakan di seluruh dunia, kompetisi ini diikuti oleh beragam orang, berkisar dari orang dengan sekedar hati yang ringan, hingga yang sangat gigih untuk menang.
Sebelum lomba dimulai, ada tradisi kuno untuk menghiasi mata naga. Menurut kebiasaan, titik di kedua mata naga akan membuat perahu naga itu hidup. Jika Anda belum membacanya, Anda bisa melihat blog penari Betty Wang tentang, Idiom Tiongkok: “Lukis naganya, beri titik di matanya” silahkan selami makna perkataan ini juga legenda di baliknya.
Jadi tanggal 25 Juni ini, lihat apakah Anda dapat menemukan zongzi yang lengket (jangan makan ini saat mengemudi) dan luangkan waktu untuk memikirkan tentang sang naga. Kenapa tidak? Ingat saja, ada naga baik, naga jahat, dan beberapa dengan karakter di antara keduanya.
Untuk beberapa naga 101, silahkan lihat Mitos Raja-raja Naga kami. Atau temukan sembilan hal yang belum Anda ketahui tentang naga-naga Tiongkok.